PROSES vs PROTES


Mari kita sepakati sama-sama, bahwa setiap manusia selalu punya masalah, bener kan? Ya..entah itu masalah kecil ataupun besar. Dan sebenarnya pun besar atau kecilnya masalah juga dinilai sangat subjektif, menurut gue pribadi kalo ada satu jerawat nongol di wajah itu bukan sesuatu yang perlu dipusingkan. Tetapi bagi sebagian cewek, mungkin satu jerawat bisa berarti kiamat! Wkwkwk. Bagi orang millenial salah kostum saat kerja bisa jadi masalah besar dan sangat memalukan. Tapi lihat di pedalaman desa, di dalam hutan antah berantah justru yang paling bagus adalah saat lo ga pake apa-apa! Hehehe. Ya..kira2 seperti itulah.

Masalah di dalam hidup bukan menandakan tidak adanya nasib baik pada akhirnya. Santai..itu bukan ending, itu namanya PROSES, selama…tidak ada PROTES di dalamnya. Kadang kita terlalu berlebihan menanggapi sebuah masalah sampai seakan seperti mau kiamat. Jangan lebay! Tetapi anehnya, seringkali masalah jadi jurang kegagalan atau jadi “the end story” karena ditindaklanjuti hanya dengan banyak protes bukan banyak berbenah. Sikap inilah yang justru membunuh diri kita sendiri.

Sadarkah kita, ketika orang lebih banyak protes, itu artinya orang tersebut tidak punya cukup kemampuan, kreativitas, kecerdasan dan kapasitas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Yah..karena ga ada opsi lain maka yang muncul hanya protes dalam proses. Ciri-ciri utama orang bego ya hampir sama, suka cari “kambing hitam” daripada cari solusi. Hehehe. Mm…tapi memang, terkadang ada sesuatu yang salah atau kurang dalam proses, mungkin ada tindakan orang lain yang salah. Trus..apa kita ga boleh protes?

Nahh..gue coba jelaskan bedanya protes atau bukan. Pernah ngga lo lihat di televisi atau mungkin di dalam minimarket atau fasilitas publik, ketika ada ketidakpuasan / masalah lo bisa kasi yang namanya…….. kritik dan saran. Gue ulangi, “kritik dan saran.” Ga pernah gue lihat hanya kritik aja, biasanya kritik dan saran. Kritik yang selalu diikuti dengan saran atau solusi itu disebut evaluasi sedangkan kritik tanpa solusi itu namanya protes. Paham?

Pada akhirnya protes membuat kita kehilangan harapan, karena dari awal sudah menutup diri dengan kemungkinan-kemungkinan jalan keluar yang ada. Karena kita langsung memutuskan untuk menutup pintu harapan itu dengan cara protes. Nikmatilah setiap proses tanpa protes dulu, lo akan melihat bahwa mungkin pintu bisa saja tertutup. Tapi jika lo membuka diri tanpa protes, lo akan mendapati mungkin memang pintu itu tertutup tetapi ngga terkunci. Lo cukup usaha lebih keras untuk berjalan menghampiri pintu itu dan membuka pintunya, atau kalo pintunya sudah terkuci pun mungkin masih ada jendela terbuka. Who knows?! You’ll never know the answer as long as you don’t try!

Selamat menikmati PROSES tanpa banyak PROTES! Gbu.

No comments:

Post a Comment